Jumat, 27 Desember 2013

Jika Tuhan selalu menghendakiku untuk terus melihat senja-Nya, aku akan terus merenung dalam senja, jatuh bangun sekalipun

Dari kemarin saya merasa sangat bosan sekali dengan suasana rumah yang rame gak sepi-sepi, saya jadi malas keluar kamar, bangun jam 6 pagi duduk di depan laptop, sampe siang, sampe sore, sampe malam, sampe tidur lagi. Apalagi akhir-akhir ini hujan melulu.

Tapi kemarin lagit Tuhan cerah sekali, saya jadi tertarik untuk menikmati langit Tuhan, agaknya terasa haus, saya beli minuman dingin dan snack untuk menemani siang ini di bendungan dekat-dekat rumah, memotretnya, mengagumi ciptaan Tuhan.

Siang berlalu, kami pulang (saya dan sahabat saya Pawe), sore menyambut, saya harus mengejar senja sore ini, senja yang langka di musim penghujan ini, Desemberku tak kelabu tapi Desemberku terang benderang, lihatlah senja yang sangat berani itu, mengajakku merenung dipinggir sungai, tapi lagi-lagi senja sore kemarin tak begitu jingga.

Hari ini 27 Desember 2013

Bosan menghampiriku lagi, bosan ini sangat lengket sekali, membuatku enggan bangun pagi, jam 10 siang saya baru membuka mata dari tidur yang kurang syukur dan koreksi ini, bangun-bangun cemberut saja, masih terbawa suasana rumah yang ramai, saya rindu kesunyian.

Jam 1 siang saya pergi ke kantor pos untuk mengirim sesuatu ke salah satu penerbit, sebenarnya setelah dari kantor pos saya enggan pulang, saya masih ingin di jalanan, tapi saya memilih untuk pulang.

Menghabiskan kebosanan ini di kamar polkadot kuning hingga adzan magrib berkumandang, entah apa gerangan yang menuntun saya untuk melihat keluar, disitulah saya melihat senja yang sedikit berbeda dengan kemarin, senja ini benar2 indah dan saya ingin mengejarnya, saya yakin senja ini bisa menebus kebosanan yang melanda, saya bahagia, di jalan saya gak lihat jalan tapi melihat senja, lalu ada batu di tengah jalan, dan saya tersandung batu.

Ketika sang surya bertemu dengan sang rembulan..
langit ke-emas an... kau mengerjarnya kau korbankan sebelah dengkul mu

by: Pawe

Dan iya, saya jatuh tapi kali ini bukan jatuh cinta seperti biasanya, saya jatuh aspal, ternjelongop, nggelundung-nggelundung, dengkul beset, dan rasanya itu atos-atos kecut, ini pertama kalinya saya jatuh dari motor di aspal karena kesalahan saya sendiri, tak kalah beset motor yang saya kendarai lebih beset lagi, maafkan saya Apeng, motormu beset goro-goro aku :(

Kamera yang saya bawa juga ndak kalah beset, tapi malah rusak, maaf nggih kamerae sampean rusak goro-goro aku :(

Saya merasa bersalah kepada banyak orang hari ini, serasa menjadi sorotan, mungkin sampai satu minggu ke depan, saya yang ceroboh, saya harusnya pakai kacamata karena saya ndak bisa ngelihat jalanan dengan jelas waktu senja, dan saya juga kurang ati-ati untuk kali ini, kalau saja saya jatuh dan tidak membuat orang lain mangkel ndak akan seperti ini rasanya, pasti saya tetep slengean, tetep gak mbejaji koyo biasane.

Dari kemaren itu saya melo terus, pengen nagis tapi gak ada sebabnya, jadi ya saya gak nangis, tapi hari ini Tuhan memberiku alasan untuk menangis karena merasa bersalah, suwun Tuhan.

Maaf gawe kabeh sing tau tak larani, sing tau tak gawe kecewa, sing tau tak gawe bahan tertawaan, sing tau tak abaikan, sing tau tak prenguti, tak seneni, tak kongkoni, terutama gawe gawe Apeng, Pak Fatah, gawe Ibu Rose, dan gawe Aisyah Rahman 1 & Aisyah Rahman 2. Lek jare Aisyah kalau kita kenapa-kenapa itu berarti ada yang salah sama sikap kita, berarti kita harus koreksi diri.

Jika Tuhan selalu menghendakiku untuk terus menihat senja-Nya, aku akan terus merenung dalam senja, jatuh bangun sekalipun, semoga saya terus diingatkan-Nya untuk selalu bersyukur. Amiiin 

 

0 comments:

Posting Komentar