Senin, 02 Januari 2017

Wo Ding Bu Dong (Aku Gak Itreng)



Orang China itu songong-songong, mereka suka sekali ngerjai bule, mereka suka ngerjai dengan ngomong pake bahasa China nyerocos gitu, rumangsamu kami ngerti?, ya enggaklah, wong kalau ngomong itu cepatnya bukan main, mereka memang super cepat dalam hal apapun, apalagi kalau mahasiswa-mahasiswa China udah ngrepek (nyontek), wuiihhh cepetnya bukan main kalau lihat krepekan, kirain mahasiswa China itu ya perfect gak ada yang curang kalau ujian eh ternyata salah semua perkiraanku, ternyata yo podho wae.

Bahasa China itu huangel sekali, apalagi ngafalin tulisan China, nyantolnya di otak itu susah banget, susah bukan main, gimana ya hidup di China tapi gak ngerti bahasanya, super sekali, super nekatnya gak nguati, ya bagaimana lagi, waktu berangkat ke China malah sama sekali gak ngerti bahasanya kecuali Ni Hao, sampai sekaratpun waktu di bandara nanya-nanya dimana Metro alias Subway ke petugas bandara itu gak ketemu-ketemu muter-muter nganti kesel.

Setelah tiga bulan tinggal di China, apa ada progres? Ada, seujung kuku, dan itu tidak berarti apa-apa karena pernah suatu ketika, waktu saya belanja di supermarket ada nenek yang mau menimbang sayur lobak yang dia beli tapi dia tidak tahu harus memencet apa, waktu antrian di belakang nenek itu sampai panjangnya seperti ular mulet, dan herannya tidak ada yang mau nolongin nenek itu satupun, padahal mereka itu antri di belakang nenek itu lho, kok bisa begitu ya?

Pada dasarnya saya itu tidak suka menolong seperti anggota pramuka, saya cuma gak kanten nunggu nenek itu nimbang gak selesai-selesai, saya maju aja mendekat ke nenek itu, maksud hati ingin menolong, habisnya lamanya kaya hampir mau kiamat, selak matahari terbit dari barat, saya maju aja terus pencet-pencet item sesuai denga sayur yang beliau beli, ehhhh si nenek itu juga belum puas juga, masih saja nanya sama pelayan, sampai disemprit sama pelayannya, wes dikasih tahu kalau itu sudah selesai nimbangnya, diulangi lagi nimbangnya. Sehabis disemprot sama pelayan baru nenek itu minggir.

Andai saya bisa berbahasa China denga baik mungkin saya bisa menjelaskan kalau sayur beliau itu sudah ditimbang dengan benar, title pinter ngomongku jadi gak ada gunanya kalau gini, padahal kalau di Indonesia saya ngadepi nenek-nenek crewetpun saya bisa, menggombal-nggombal dikit juga bisa biar customer mau beli (pas lagi kerja dulu), sekarang cara saya ngomong jadi kaya mistri (tetangga saya yang tuna wicara), am em am em doang, mending ngomong sama mistri karena kami sama-sama ngerti meskipun ngomong pakai bahasa isyarat, lha kalau di sini itu kode angka saja beda jauh, mulai dari angka 6 sampai 10 orang China punya kode sendiri, seperti:

Ini kan kalau di Indonesia artinya “call me please”, angka 6
COUNTING SIX TO TEN

Kalau yang ini di Indonesia jadi kaya “umak wes mangan a?” , angka 7

SEVEN.jpg
Kalau ini di Indonesia malah artinya tujuh, angka 8
EIGHT.jpg

Kalau di Indonesia ini artinya huruf C, angka 9
 NINE.jpg

Kalau ini di Indonesia artinya “Awas Koen yo”
TEN.jpg

0 comments:

Posting Komentar