Orang China itu songong-songong, mereka suka sekali ngerjai
bule, mereka suka ngerjai dengan ngomong pake bahasa China nyerocos gitu,
rumangsamu kami ngerti?, ya enggaklah, wong kalau ngomong itu cepatnya bukan
main, mereka memang super cepat dalam hal apapun, apalagi kalau
mahasiswa-mahasiswa China udah ngrepek (nyontek), wuiihhh cepetnya bukan main
kalau lihat krepekan, kirain mahasiswa China itu ya perfect gak ada yang curang
kalau ujian eh ternyata salah semua perkiraanku, ternyata yo podho wae.
Bahasa China itu huangel sekali, apalagi ngafalin tulisan China,
nyantolnya di otak itu susah banget, susah bukan main, gimana ya hidup di China
tapi gak ngerti bahasanya, super sekali, super nekatnya gak nguati, ya
bagaimana lagi, waktu berangkat ke China malah sama sekali gak ngerti bahasanya
kecuali Ni Hao, sampai sekaratpun waktu di bandara nanya-nanya dimana Metro
alias Subway ke petugas bandara itu gak ketemu-ketemu muter-muter nganti kesel.
Setelah tiga bulan tinggal di China, apa ada progres? Ada,
seujung kuku, dan itu tidak berarti apa-apa karena pernah suatu ketika, waktu
saya belanja di supermarket ada nenek yang mau menimbang sayur lobak yang dia
beli tapi dia tidak tahu harus memencet apa, waktu antrian di belakang nenek
itu sampai panjangnya seperti ular mulet, dan herannya tidak ada yang mau
nolongin nenek itu satupun, padahal mereka itu antri di belakang nenek itu lho,
kok bisa begitu ya?
Pada dasarnya saya itu tidak suka menolong seperti anggota
pramuka, saya cuma gak kanten nunggu nenek itu nimbang gak selesai-selesai,
saya maju aja mendekat ke nenek itu, maksud hati ingin menolong, habisnya
lamanya kaya hampir mau kiamat, selak matahari terbit dari barat, saya maju aja
terus pencet-pencet item sesuai denga sayur yang beliau beli, ehhhh si nenek itu
juga belum puas juga, masih saja nanya sama pelayan, sampai disemprit sama
pelayannya, wes dikasih tahu kalau itu sudah selesai nimbangnya, diulangi lagi
nimbangnya. Sehabis disemprot sama pelayan baru nenek itu minggir.
Andai saya bisa berbahasa China denga baik mungkin saya bisa
menjelaskan kalau sayur beliau itu sudah ditimbang dengan benar, title pinter
ngomongku jadi gak ada gunanya kalau gini, padahal kalau di Indonesia saya
ngadepi nenek-nenek crewetpun saya bisa, menggombal-nggombal dikit juga bisa
biar customer mau beli (pas lagi kerja dulu), sekarang cara saya ngomong jadi
kaya mistri (tetangga saya yang tuna wicara), am em am em doang, mending
ngomong sama mistri karena kami sama-sama ngerti meskipun ngomong pakai bahasa
isyarat, lha kalau di sini itu kode angka saja beda jauh, mulai dari angka 6
sampai 10 orang China punya kode sendiri, seperti:
Ini kan kalau di Indonesia artinya “call me please”, angka 6
Kalau ini di Indonesia malah artinya tujuh, angka 8
Kalau di Indonesia ini artinya huruf C, angka 9
Kalau ini di Indonesia artinya “Awas Koen yo”
0 comments:
Posting Komentar