Udara di luar sangat dingin, sebenarnya sangat menyenangkan jika seandainya saya berada di Kota ini bersama teman-teman yang sepemikiran, sehoby, suka ngopi, suka nongkorong dan suka ngobrol tentang seni meskipun saya hanya penikmat seni bukan pelaku seni, sedingin apapun udara di luar saya tidak akan ragu untuk meluangkan waktu bersama mereka di tempat yang menyediakan espresso.
Di Kota tempat saya tinggal saya kenal banyak orang dari manca negara, tapi hanya sekedar kenal, ya tidak jarang saya jalan-jalan sama mereka, kalau hanya sekedar jalan-jalan saja ya gampang, saya juga sering kepo tentang bagaimana budaya mereka, begitupun sebaliknya, hanya saja kadang-kadang mereka berbicara memakai bahasa nenek moyang mereka yang saya gak ngerti artinya, satu hal ini adalah hal yang gak asyik.
Satu bulan ini kampus saya libur, tapi saya masih ada kelas, dan itu membuat saya merasa bahwa hidup saya lebih mbois ketimbang mahasiswa-mahasiswa lain, bisa dibilang saya gak libur, beberapa dari mereka ada yang pulang ke negaranya, termasuk salah satu teman saya yang dari Indonesia, hal ini membuat saya merasa kangen dengan Indonesia, bukan dengan Indonesia nya sih tapi kangen sama teman-teman saya di Indonesia yang baik-baik itu.
Saya kangen ngopi sampai pagi, ngobrolin hal yang kadang-kadang penting meskipun lebih banyak gak pentingnya, tapi setidaknya saya tidak pernah merasa sepi kalau di Indonesia, di dini saya tinggal di asrama, di asrama ini kami tidak boleh pulang melebihi jam sebelas malam, kalau pulang lebih dari jam sebelas malam Beasiswa kami dicabut dan kami harus membayar 30 Juta persemester, sudah ada beberapa mahasiswa yang Beasiswanya dicabut karena pulang terlambat.
Di asrama ini masih banyak mahasiswa yang tinggal alias tidak pulang ke negaranya, tapi tetap saja saya merasa sepi karena saya selalu sibuk dengan tugas saya di kamar, saya selalu berpikir, coba ada Boim di sini, paling tidak masih ada teman ngobrol yang nyambung, coba ada si Pawe di sini, paling tidak ada teman yang bisa ngimbangi saya berhayal hal-hal gak jelas, coba ada Lia di sini, yang selalu jadi pendengar yang baik.
Liburan musim dingin ini saya tidak banyak berharap liburannya akan menyenangkan, sekali lagi karena saya tidak punya teman yang sehoby, sengebet apapupun saya ingin mendaki gunung kalau tidak ada teman yang sehoby, saya bisa apa, tidak ada!, saya cuma bisa bikin kopi di kamar, diminum sendirian, buka laptop sampai listrik di kamar mati, ulangi sampai liburan ini selesai.
Bukannya tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya waktu di Indonesia, pernah, waktu saya bekerja di luar kota, tapi saya masih bisa ngopi sampai larut malam meskipun ngopinya cuma sendirian, ya Tuhan saya benar-benar ingin pulang sebentar saja, ingin makan masakan ibu saya, ingin mendaki gunung, ingin duduk di meja kerja saya di rumah, ingin naik motor berjam-jam di jalan, ingin menemui orang-orang yang selama ini selalu setia menjadi teman saya, ingin duduk santai di pinggiran Kota kelahiran saya Malang yang sejuk.
Kali ini saya benar-benar merindukan Malang, meskipun dari dulu saya selalu merindukan Malang, hal yang membuat saya bertahan dari rasa sepi ini adalah saya masih punya banyak impian yang harus saya selesaikan di China, entah bagaimana caranya saya tetap akan bertahan dengan rasa sepi ini, saya belajar banyak dari rasa rindu dan harus menunggu, satu-satuya cara yang saya lakukan adalah bersabar.
China, 23 Januari 2017
Di Kota tempat saya tinggal saya kenal banyak orang dari manca negara, tapi hanya sekedar kenal, ya tidak jarang saya jalan-jalan sama mereka, kalau hanya sekedar jalan-jalan saja ya gampang, saya juga sering kepo tentang bagaimana budaya mereka, begitupun sebaliknya, hanya saja kadang-kadang mereka berbicara memakai bahasa nenek moyang mereka yang saya gak ngerti artinya, satu hal ini adalah hal yang gak asyik.
Satu bulan ini kampus saya libur, tapi saya masih ada kelas, dan itu membuat saya merasa bahwa hidup saya lebih mbois ketimbang mahasiswa-mahasiswa lain, bisa dibilang saya gak libur, beberapa dari mereka ada yang pulang ke negaranya, termasuk salah satu teman saya yang dari Indonesia, hal ini membuat saya merasa kangen dengan Indonesia, bukan dengan Indonesia nya sih tapi kangen sama teman-teman saya di Indonesia yang baik-baik itu.
Saya kangen ngopi sampai pagi, ngobrolin hal yang kadang-kadang penting meskipun lebih banyak gak pentingnya, tapi setidaknya saya tidak pernah merasa sepi kalau di Indonesia, di dini saya tinggal di asrama, di asrama ini kami tidak boleh pulang melebihi jam sebelas malam, kalau pulang lebih dari jam sebelas malam Beasiswa kami dicabut dan kami harus membayar 30 Juta persemester, sudah ada beberapa mahasiswa yang Beasiswanya dicabut karena pulang terlambat.
Di asrama ini masih banyak mahasiswa yang tinggal alias tidak pulang ke negaranya, tapi tetap saja saya merasa sepi karena saya selalu sibuk dengan tugas saya di kamar, saya selalu berpikir, coba ada Boim di sini, paling tidak masih ada teman ngobrol yang nyambung, coba ada si Pawe di sini, paling tidak ada teman yang bisa ngimbangi saya berhayal hal-hal gak jelas, coba ada Lia di sini, yang selalu jadi pendengar yang baik.
Liburan musim dingin ini saya tidak banyak berharap liburannya akan menyenangkan, sekali lagi karena saya tidak punya teman yang sehoby, sengebet apapupun saya ingin mendaki gunung kalau tidak ada teman yang sehoby, saya bisa apa, tidak ada!, saya cuma bisa bikin kopi di kamar, diminum sendirian, buka laptop sampai listrik di kamar mati, ulangi sampai liburan ini selesai.
Bukannya tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya waktu di Indonesia, pernah, waktu saya bekerja di luar kota, tapi saya masih bisa ngopi sampai larut malam meskipun ngopinya cuma sendirian, ya Tuhan saya benar-benar ingin pulang sebentar saja, ingin makan masakan ibu saya, ingin mendaki gunung, ingin duduk di meja kerja saya di rumah, ingin naik motor berjam-jam di jalan, ingin menemui orang-orang yang selama ini selalu setia menjadi teman saya, ingin duduk santai di pinggiran Kota kelahiran saya Malang yang sejuk.
Kali ini saya benar-benar merindukan Malang, meskipun dari dulu saya selalu merindukan Malang, hal yang membuat saya bertahan dari rasa sepi ini adalah saya masih punya banyak impian yang harus saya selesaikan di China, entah bagaimana caranya saya tetap akan bertahan dengan rasa sepi ini, saya belajar banyak dari rasa rindu dan harus menunggu, satu-satuya cara yang saya lakukan adalah bersabar.
China, 23 Januari 2017