Tanggal 2 Desember yang lalu di Universitas Negeri Malang (UM) ada bedah buku Rahvayana by Sujiwo Tejo, saya datang dan melihat beliau hanya dari kejauhan, seperti penonton pada umumnya duduk dibarisan yang sudah disediakan, menatap dari kejauhan idola kita yang sedang meniup sexophone, ikut ketawa saat beliau ketawa, itu saja.
Saat saya memasuki gedung Sasana Budaya UM, panggung belum sepenuhnya selesai ditata, para pemain wayang masih ribet di atas panggung, Sujiwo Tejo sudah duduk dengan nggateli sambil meniup sexophonnya, menelisik dengan gaya mendelik-mendelik seperti biasanya, itu kebiasaan beliau untuk memandang dalam-dalam penonton-penonton cewek yang lalu lalang baru datang, kesimpulan beliau untuk cewek-cewek di Kota Malang adalah "Cewek di Kota Malang lebih cantik dari pada cewek di Kota Surabaya yang selera berdandnnya ndeso", I'm sorry to say, tapi kejujuran memang menyakitkan, ini memang kalimat yang sering dilontarkan oleh Sujiwo Tejo.
Memasuki acara, seorang Pembantu Dekan Fakultas Sasrta UM membeber semua isi buku dari Rahvayana, inti dari pembeberan beliau adalah "Buku Rahvayana adalah buku paling sopan yang pernah ditulis oleh Sujiwo Tejo dari buku-buku sebelumnya dan buku ini adalah buku yang paling sok romantis, pada dasarnya buku ini bukan cerita Ramayana wong judulnya saja Rahvayana, Rahvayana itu adalah Rahwono dan saya yakin tulisan-tulisan ini sebenarnya adalah cerita Sujiwo Tejo sendiri dalam pengalamannya".
Sujiwo Tejo tertawa mendengar pembeberan dari Bpk. Joko, Sujiwo Tejo menyanggah pendapat Bapak Joko, kata Sujiwo Tejo " Aku ini emang romantis, gimana mau dibilang gak romantis, dulu waktu aku masih muda pacarku itu banyak, waktu aku masih SMA saja aku pacaran sama guruku, dua lagi, aku ini romantis, mau bilang aku gak romantis lagi tak penggal kepalamu, tapi kalau yang cerita itu memang sebenarnya adalah kumpulan-kumpulan dari surat-suratku sendiri, bukan apa-apa aku buat lakonnya Rahwana, biar istriku gak tau" dengan gaya dagelannya itu beliau bercerita, penonton ketawa.
Bedah buku selesai, sekarang waktunya Sujiwo Tejo komat-kamit alias nyanyi, nyanyinya diiringi pemain biola yang saya kenal, waktu violinis mengalunkan bunyi biolanya Sujiwo Bilang "Wajahnya sangar, main musiknya biola, lek moleh senengane ngencukkan kon iku Ji, Aji", nama violinis nya Aji Prasetyo yang punya kedai Tcangkir 13 di daerah Kalpataru Malang, saya baru tahu kalau Om Aji pemain biola, waktu Om Aji membereskan peralatan biolanya, saya datang mendekati panggung "Om, salamin ke Mbah Jo ya?"
Om Aji: Loh, kok gak langsung masuk aja?
Dee: Malu Om, ndak wes
Om Aji: Kenapa Malu? Kamis aku mau undang kang Tejo ke Kedai, dateng aja tapi ini untuk kalangan sendiri aja, buat teman-teman deket kita
Om Aji lalu ikut membeber karya-karya Sujiwo Tejo, saya diajak ngobrol-ngobrol dengan teman-teman Tjangkir 13, Om Aji bilang "Sebenarnya dalam suatu kisah tidak selalu yang baik yang menulis kisah, pada cerita Ramayana ini yang menulis adalah sang pemenang, pemenang boleh menulis apa saja untuk membaik-baikkan dirinya begitupun sebaliknya" kurang lebih itu kata-kata Om Aji mengenai cerita Ramayana, Om Aji memberikan pengetahuan dan pandangan dari sudut lain tentang cerita Ramayana seperti "Rakyatnya Rahwana itu sebenarnya bukan kera, tapi di Negara Alengka yang sekarang kita sebut Sri Lanka itu ada kasta, dan raktat Rahwana ini adalah kasta terendah yang ada di sana, saking rendahnya sampai dimonyet-monyetkan, nah karena pada dasarnya mereka adalah manusia makanya diputihkan (kera putih)". Sayang sekali saya lupa kasta apa yang jelas bukan Sudra.
Dua hari kemudian saya menanyakan ke Om Aji via sms "Om, Sujiwo tejo jadi kesana?" jawab Om Aji "Jadi, datanglah", "ini orangnya sudah datang", waktu itu aku ada preparation test toefl di UB, dan harus mengerjakan selama 2 jam sambil dibayang-bayangi oleh wajah ngencukan-nya Sujiwo tejo, duuuuhhh Asu tenan, Asu gak katokan, dengan gaya secepat gerimis saya hanya bisa mengerjakan soal lebih cepat 15 menit sebelum waktu normal, setelah itu saya langsung meluncur menuju Tjangkir 13, Sujiwo Tejo sudah dikerubungi orang-orang, ya iyalah masa dikerubungi semut.
Yaampuuunn... orang ini speachless wes... ketawa-ketawa, salaman, foto bareng, Sujiwo Tejo kalo di belakang panggung itu humble lho, gak kaya di twitter yang njancuki itu.
Yowes bagi pembaca tulisanku ini Salam Ndasmu kabeh yo...